Sangat Mudah Bicara Kesabaran Karena Itu Bukan Masalahmu, Bagaimana Jika Sebaliknya?
Table of Contents
Pernah nggak sih kamu lagi curhat habis-habisan tentang masalah yang bikin kepala panas, hati sesak, dan pikiran buntu, lalu temanmu dengan enteng bilang,
“Ya sabar aja, bro. Hidup itu ujian…”
Seketika rasanya pengen jawab:
“Iya, iya… gampang ngomong sabar, soalnya bukan kamu yang ngalamin!”
Nah, inilah realitanya. Bicara soal kesabaran itu gampang banget kalau masalahnya bukan nyangkut di leher kita. Kita bisa jadi penceramah dadakan, motivator instan, bahkan ustaz kilat. Tapi giliran kita yang kejedot masalah? Wuih, teori sabar seketika bubar.
Sabar Itu Mudah… Kalau Cuma Teori
Ibaratnya gini. Kamu lagi duduk di warung kopi, lihat orang lain jatuh dari motor. Otomatis kamu bisa bilang:
“Ya sabar mas, namanya juga musibah.”
Tapi coba bayangkan kalau kamu sendiri yang jatuh dari motor, dengkul lecet, motor penyok, dompet hilang, dan banjir hujan deras datang menyapa. Masih bisa bilang sabar sambil senyum? Hehe… pasti yang keluar malah, “Astaghfirullah, kenapa pas aku banget sih?”
Sabar Itu Kayak Nonton Bola
Kalau kita jadi penonton, gampang banget teriak,
“Cetak gol dong! Jangan buang-buang peluang!”
Tapi coba kamu yang main, keringetan, lawan jagal, kaki keram. Baru sadar: oh ternyata nggak gampang bikin gol.
Kesabaran juga begitu. Jadi komentator mudah, jadi pemain di lapangan hidup ini… hmmm, lain cerita.
Kita Suka Lupa: Semua Orang Punya Beban
Kadang kita terlalu gampang kasih saran ke orang lain, padahal kita sendiri kalau di posisi dia belum tentu kuat.
Teman cerita soal hutang, kita jawab: “Sabar, rezeki sudah diatur.”
Padahal cicilan motor kita aja telat seminggu udah bikin tidur nggak nyenyak.
Teman cerita soal anaknya sakit, kita bilang: “Sabar, cobaan orang beriman.”
Padahal kalau anak kita pilek dua hari aja, langsung heboh telepon dokter, browsing Google, sampai mikir ini tanda-tanda serius atau nggak.
Jadi sebenarnya kita semua sama-sama masih belajar sabar.
Belajar Sabar Itu Kayak Belajar Naik Sepeda
Awalnya jatuh, lecet, malu dilihatin orang. Tapi lama-lama terbiasa.
Sabar juga gitu. Nggak bisa instan. Harus ditempa lewat masalah.
Bahkan dalam Islam, Allah nggak bilang “orang yang tanpa masalah itu hebat.” Tapi yang disebut keren itu justru “orang-orang yang sabar ketika ditimpa musibah.”
Artinya, sabar itu bukan sekadar teori di buku atau kata-kata manis di status WhatsApp. Tapi sabar itu latihan nyata di kehidupan sehari-hari.
Pernah ngerasain nggak, kamu lapar berat, mampir ke warung, pesen nasi goreng. Sambil duduk, perut udah konser, nunggu punya nunggu. Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit.
Akhirnya keluar juga… tapi salah pesanan.
Di situ kesabaran diuji. Ada dua pilihan:
1. Ngomel ke tukang warung.
2. Senyum tipis, “Gpp deh mbak, saya makan ini aja.”
Kalau kamu pilih nomor 2, selamat, level kesabaranmu naik. Kalau pilih nomor 1… ya wajar sih, manusiawi. 😂
Kesabaran Itu Bukan Diam
Ada yang salah paham soal sabar. Dikiranya sabar itu berarti cuma diem, nerima nasib, nggak ngapa-ngapain. Padahal sabar itu aktif.
Sabar itu berarti:
Tetap tenang walau situasi ribet.
Tetap berusaha cari solusi.
Tetap nggak nyakitin orang lain walau hati kita lagi kacau.
Contoh: sabar menghadapi kemacetan bukan berarti diem aja di motor sambil ngedumel. Tapi sabar itu ya jalanin dengan tenang, nggak nyerobot seenaknya, dan tetap jaga hati biar nggak meledak.
Bagaimana Kalau Kita di Posisi Sebaliknya?
Nah, balik lagi ke judul artikel ini: “Sangat mudah bicara kesabaran karena itu bukan masalahmu. Bagaimana jika sebaliknya?”
Kalau kita yang diuji?
Mungkin baru sadar, ternyata sabar itu nggak semudah teori.
Tapi di situlah nilainya. Karena sabar yang benar-benar sabar, baru kelihatan saat kita yang jadi pemeran utama.
Kata pepatah Arab, “Ash-shabru miftahul faraj.” Sabar itu kunci keluarnya masalah.
Dan yakinlah, nggak ada ujian yang dikasih Allah kecuali sesuai dengan kapasitas kita. Jadi kalau sekarang kamu lagi diuji, artinya kamu dianggap mampu.
Mulai hari ini, coba kurangi jadi komentator kehidupan orang lain. Jangan gampang bilang “sabar” tanpa rasa.
Kalau teman curhat, coba empati dulu. Rasakan seolah-olah kamu di posisinya. Baru kasih nasihat.
Dan kalau giliran kita diuji, jangan lupa apa yang sering kita bilang ke orang lain. Balikin ke diri sendiri.
Siapa tahu sebenarnya Allah lagi ngajarin: “Teori yang kamu kasih ke orang lain, ayo sekarang dipraktikkan.”
Humornya begini: sabar itu kayak kuota internet, sering kita suruh orang lain hemat, tapi diri sendiri boros. Hehe…
Jadi, yuk sama-sama belajar sabar. Karena dunia ini memang panggung ujian. Kadang kita jadi penonton, kadang kita yang jadi pemain.
Dan pemenangnya? Bukan yang paling banyak bicara, tapi yang paling banyak bersabar.
Post a Comment