kabel ruwet
Table of Contents
Lihat saja kabel-kabel itu—
terjerat, terlilit, tak tahu ujung pangkal.
Hitam, kusam, menjuntai seperti urat nadi kota yang kelelahan.
Mereka membawa listrik, internet, harapan—
tapi juga bahaya, kemacetan sinyal, dan janji yang tak pernah ditepati.
Kabel ruwet ini sederhana:
hanya tembaga, plastik, dan kelalaian.
Tapi ia menyinggung banyak orang—
petugas PLN yang capek,
warga yang takut putus aliran,
pemerintah yang sibuk janji,
dan kita semua yang diam saja.
Seperti hidup kita:
awalnya satu kabel, rapi, terencana.
Lalu datang tambahan—
kebutuhan baru,
perusahaan baru,
cara pintas baru.
Akhirnya ruwet,
tapi tetap berfungsi—
entah bagaimana.
Renungkan:
mungkinkah kita rapikan?
Atau biarkan saja,
karena "yang penting nyala"?
Kabel ini cermin:
kemajuan yang tak terurus,
kepentingan yang bertabrakan,
dan kita yang terbiasa dengan kekacauan.
Sederhana, ya?
Tapi coba bilang ke petugas yang naik tiang,
ke anak yang tak bisa sekolah online,
ke ibu yang mati lampu saat masak.
Kabel ruwet ini bukan hanya kabel.
Ia adalah kita—
penuh simpul,
tapi masih menyala.
Post a Comment