CABUK
Cabuk? Apa itu? Tentu teman-teman yang berdomisili di Surakarta dan Wonogiri Jawa Tengah mengenal jenis makanan ini. Jenis makanan yang berfungsi seperti sambal yang kusukai sejak masa kecil. Warnanya hitam pekat, agak lembek. Rasanya pedas, agak pahit dan sedikit getir, beraroma kental menyengat khas rasa biji tanaman wijen.Bahan dasar utamanya adalah dari biji tanaman wijen. Biji wijen umumnya diperas menghasilkan minyak wijen. Minyak wijen ini termasuk minyak alami. Selain digunakan untuk mengolah makanan juga bisa berfungsi sebagai obat. Tak heran harganya lebih mahal daripada minyak umumnya. Ampas hasil pemerasan biji wijen inilah yang dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan cabuk.
Lalu bagaimana pembuatan cabuk ini?
Pertama-tama biji wijen yang masih mentah digoreng tanpa minyak hingga matang. Setelah matang, lalu ditumbuk hingga menjadi semacam tepung. Lalu dikukus dengan dicampur air sedikit sekitar satu jam. Kemudian dicampur Londo, ampas kelapa dan dikukus lagi selama sejam. Londo dibuat dari klaras (daun pisang kering) yang dibakar di kuali bercampur air, lalu ditumbuk menjadi tepung. Londo inilah yang membuat warna cabuk jadi hitam.
Setelah itu, cabuk dibumbui agar ada rasanya. Bumbu yang dibutuhkan diantaranya cabe, bawang putih, gula jawa, daun kemangi muda, parutan kelapa lalu dibungkus daun pisang hingga berbentuk gulungan. Ukuran gulungan ini tergantung selera, bisa besar maupun kecil. Kemudian dipanggang diatas bara api, seperti dipepes. Bisa juga langsung dibuat sambal cabuk, dengan campuran garam, gula jawa, cabe rawit, bawang putih dan daun kemangi.
Demikian sekedar mengetahui komposisi dari cabuk. Untuk lebih mudahnya anda tinggal membeli di toko oleh-oleh di Wonogiri atau di Surakarta. Namun terutama aroma khas wijennya yang lebih kuat serta perbedaan komposisi cabai dan daun kemanginya.
Advertisement