-->

Aku Isih Tresno Kamu

Aku Isih Tresno Kamu
Aku Isih Tresno Kamu
istri Sholehah

Setelah pernikahan seharusnya seseorang hanya fokus dengan kehidupan keluarganya semata. Namun di era ini, karena berbagai media sosial, terkadang ada yang masih mengintip keadaan orang yang pernah ia cintai.

Pelan-pelan perasaan itu pun akhirnya mengganggu hatinya. Apalagi ketika membandingkan dengan pasangannya sekarang, orang yang pernah ia cintai tadi terlihat lebih baik.

Ketahuilah bahwa telah banyak kejadian seperti ini. Bahkan tidak sedikit mereka yang sudah mengenal Islam, atau sudah punya beberapa orang anak sekali pun juga tidak bisa menyelamatkan dirinya.

Apalagi jika ketika menikah dengan pasangannya sekarang, ia menilai hal tersebut tanpa didahului oleh perasaan cinta.

Ada kisah ketika seorang wanita menyampaikan kepada syaikh bahwa meskipun telah mempunyai anak, ternyata ia belum bisa sepenuhnya mencintai suaminya.

Awalnya ia mengira dengan menikah maka cinta itu perlahan akan datang. Nyatanya tidak. Dan hatinya pun masih terpikat dengan lelaki yang dinilainya sholeh dan pernah dikenalnya. Ia mengatakan bahwa begitu sulit baginya untuk melupakan sosok lelaki tadi. Bahkan tidak jarang dalam kesendirian ia menangis membayangkan andai ia menikah dengan orang yang ia cintai.

Maka syaikh menjawab bahwa sungguh ini adalah cobaan yang harus hati-hati atasnya. Kehidupan di dunia ini cuman sementara, dan tidak semua yang kita inginkan bisa tercapai. Boleh jadi ada apa yang kita inginkan itu tidak baik dalam pandangan Allah, atau pun sebaliknya.

Allah ta’ala berfirman,
وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم والله يعلم وأنتم لا تعلمون
Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi engkau mencintai sesuatu padahal itu jelek bagimu. Sungguh Allah mengetahui apa yang tidak engkau ketahui (Q.S. Al Baqorah: 216)

Begitu juga dengan pasangan kita. Meskipun menikah dengan orang yang bukan kita cintai, maka percayalah ketika akad sudah diikrarkan dan semua dilalui dengan proses yang syar’i, insyaAllah terdapat banyak hikmah di dalamnya.

Maka bersabar dengan pernikahan kita adalah yang terbaik. Cobalah untuk melihat sisi baik dari suami atau istri kita. InsyaAllah Allah pun akan mengaruniakan kepada kita pahala yang berlimpah.

Betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh pasangan kita dalam pernikahan. Seorang suami ia rela membanting tulang dan memeras keringat untuk mendapatkan harta yang halal bagi keluarganya.

Begitu juga dengan seorang istri, maka ia pun rela menyimpan berbagai mimpinya hanya karena cinta pada suaminya. Demi menginginkan anak-anaknya mendapatkan pendidikan Islam yang layak. Siang bahkan malam pun ia terus siap berjaga demi anak dan suaminya.
Ingatlah suatu kisah ketika ada seorang wanita yang begitu cantik, tetapi menikah dengan lelaki jelek, ketika ditanya tentang pernikahan tersebut ia menjawab semoga Allah mengaruniakan pahala sabar atas pernikahanku dengannya.

Sungguh pernikahan pun hakikatnya adalah ujian. Boleh jadi kita bersyukur karena menikah dengan orang yang kita harapkan, atau kita bersabar karena kekurangan yang dimiliki oleh pasangan. Keduanya adalah perkara yang baik.

Pernah suatu hari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ditanya,
من أشد الناس بلاء قال: النبيون ثم الأمثل فالأمثل، يبتلى الرجل على حسب دينه فإن كان صلب الدين اشتد بلاؤه
Siapakah yang mendapat ujian paling berat? Rasulullah menjawab, para nabi kemudian yang semisalnya dan semisalnya. Seseorang itu dihisab sesuatu tingkat keimanannya. Semakin bagus agamanya maka semakin berat ujiannya (HR. Baihaqi).

Maka berkaitan dengan orang lain yang ada di hati, hendaklah kita memperbanyak doa agar kiranya Allah memperkuat cinta kita kepada pasangan yang telah Allah jodohkan.

Kita hanya akan ada pada kebaikan selama kita berada dalam ketaatan kepada Allah ta’ala. Maka apapun pintu yang bisa membuka “pengkhiatan” terhadap pasangan kita hendaklah ditutup.

Kita dituntunkan untuk mencintai pasangan kita karena Allah. Dengannya insyaAllah Allah pun akan menambah nikmat cinta tadi kepada kita. Adapun tetap membuka tempat untuk orang lain di hati ini, maka itu adalah bentuk kekufuran terhadap nikmat yang telah Allah ta’ala berikan.

Allah ta’ala berfirman,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Jika engkau bersyukur maka aku akan tambah nikmatku padamu, tetapi jika engkau kufur maka sesungguhnya azabku amat pedih (Q.S. Ibrahim: 7)
Ketahuilah bahwa cinta itu datang dari Allah dan kebencian datang dari syaithon. Cinta itu berbeda dengan nafsu, yang mana syaithon seringkali menghiasinya seakan cinta. Ia membenci apa yang telah dihalalkan Allah pada kita.

Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
فتعوذي بالله من الشيطان، واعلمي أن الشيطان يُكرِّه الإنسان في الحلال، ويقرب إليه الحرام
Mohon perlindunganlah kepada Allah dari syaithon, dan ketahuilah bahwa syaithon membenci manusia berada pada sesuatu yang halal, dan ia akan senantiasa mendekatkan pada yang haram.

Maka terkadang terlihatlah perasaan kepada yang bukan suami atau istri tadi seperti cinta, sehingga rusaklah hubungan dalam keluarga yang sudah ada. Padahal pernikahan adalah maghlia dan perjanjian kuat yang halal.

Ketahuilah bahwa meskipun pasangan kita tidak mengetahui kecuali apa yang nampak pada orang lain, tetapi hatinya bisa merasakan apa yang terjadi dalam hati suami atau istrinya. Apa yang ada dalam hati pun biasanya juga akan mempengaruhi dhohir kita.

Lagi pula, mengapa kita harus mencintai sesuatu yang tidak pasti. Lihatlah sisi negatif dari orang yang kita cintai, yang kalau kita mengetahuinya maka boleh jadi cinta kita pun juga akan hilang seketika.

Oleh karena itu, bersabarlah pada semua keadaan yang kita alami, dan simpanlah cinta kita hanya untuk pasangan saja. Dari Ummu Salamah radiyallahu ‘anha, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّما امرأَةٍ ماتَتْ وزوْجُهَا عنها راضٍ دخَلَتِ الجَنَّةَ
Setiap wanita yang meninggal, dan suaminya ridho atasnya, maka masuk ke dalam sorga (HR. Tarmidzi)

Semoga Allah ta’ala mengaruniakan kepada kita hati yang bersih, ikhlas menerima takdir Allah dan tidak secara diam-diam menyimpan perasaan cinta kepada selain pasangan kita. Allahumma Aamin.


Ust.Gonda Yumitro, MA 
dikutip dari sang pecerah

Advertisement