IBNU Habirah, penulis buku al-Ifshah, merupakan orang yang paling agung dan paling zuhud dalam sejarah Islam. Tokoh yang menjabat menteri pada masa pemerintahan al-Mustanjid –dinasti Abbbasiyah– ini menganut akidah salaf, bermazhab Hambali, ahli hadist, serta orang yang takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Pada suatu sore hari Jumat, dia duduk di majelis yang membahas hadist. Salah seorang ulama membacakan suatu hadist kepadanya. Sejurus kemudian, dia menangis keras hingga orang-orang berkata, “Mungkin dia bisa meninggal malam ini.”
Ibnu Habirah juga suka berlapar-lapar karena berpuasa. Ketika datang kekota Mekah, ternyata kaum Muslimin di kota itu sedang menderita akibat terik matahari yang panas membakar. Air habis, orang-orang mencari air ke sana ke mari. Mereka hampir binasa karena kehausan.
Ibnu Habirah kemudian wudu, mengangkat kedua tangan seraya berdoa, “Ya Allah, siramilah kami dengan hujan, ya Allah, siramilah kami dengan hujan.”
Ketika matahari hampir terbenam, mendadak hujan turun membasahi penduduk Mekah. Hujan itu pun diiringi dengan salju dan embun. Ibnu Habirah mengambil air itu dan berkata, “Seandainya aku memohon ampunan kepada Allah…, seandainya aku memohon ampunan kepada Allah.” Inilah Ibnu Habirah, menteri paling agung, paling berani, bertakwa, takut, gemar membaca al-Qur’an, dan cerdas.
Makna hadist yang berbunyi, “Puasa adalah tameng” adalah, puasa dapat memelihara seseorang pada Hari Kiamat dari kemarahan dan kemurkaan Allah. Menurut al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Siyar A`lamu an-Nubala; Anda sebaiknya banyak melakukan ibadah puasa, namun dengan sewajarnya. Artinya, berpuasa sewajarnya dengan melaksanakan puasa 3 hari setiap bulan. Di antara puasa yang paling agung dalam Islam adalah puasa sepanjang tahun. Ini merupakan puasa yang selalu dikerjakan Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam dan Nabi Ibrahim.*
Dari buku Bertaubatlah Agar Menang Dunia Akhirat karya Dr. Aidh bin ‘Abdullah al-Qarni.
Pada suatu sore hari Jumat, dia duduk di majelis yang membahas hadist. Salah seorang ulama membacakan suatu hadist kepadanya. Sejurus kemudian, dia menangis keras hingga orang-orang berkata, “Mungkin dia bisa meninggal malam ini.”
Ibnu Habirah juga suka berlapar-lapar karena berpuasa. Ketika datang kekota Mekah, ternyata kaum Muslimin di kota itu sedang menderita akibat terik matahari yang panas membakar. Air habis, orang-orang mencari air ke sana ke mari. Mereka hampir binasa karena kehausan.
Ibnu Habirah kemudian wudu, mengangkat kedua tangan seraya berdoa, “Ya Allah, siramilah kami dengan hujan, ya Allah, siramilah kami dengan hujan.”
Ketika matahari hampir terbenam, mendadak hujan turun membasahi penduduk Mekah. Hujan itu pun diiringi dengan salju dan embun. Ibnu Habirah mengambil air itu dan berkata, “Seandainya aku memohon ampunan kepada Allah…, seandainya aku memohon ampunan kepada Allah.” Inilah Ibnu Habirah, menteri paling agung, paling berani, bertakwa, takut, gemar membaca al-Qur’an, dan cerdas.
Makna hadist yang berbunyi, “Puasa adalah tameng” adalah, puasa dapat memelihara seseorang pada Hari Kiamat dari kemarahan dan kemurkaan Allah. Menurut al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Siyar A`lamu an-Nubala; Anda sebaiknya banyak melakukan ibadah puasa, namun dengan sewajarnya. Artinya, berpuasa sewajarnya dengan melaksanakan puasa 3 hari setiap bulan. Di antara puasa yang paling agung dalam Islam adalah puasa sepanjang tahun. Ini merupakan puasa yang selalu dikerjakan Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam dan Nabi Ibrahim.*
Dari buku Bertaubatlah Agar Menang Dunia Akhirat karya Dr. Aidh bin ‘Abdullah al-Qarni.
Advertisement