-->

Selamat Jalan Istriku

Selamat Jalan Istriku
Selamat Jalan Istriku
Selamat Jalan Istriku

Tiba-tiba HP ku berdering, setelah menjawab salam suara diseberang telepon tampak panik “Mas .. Mbak Ika Masuk rumah sakit lagi.” ya memang sudah beberapa  kali istriku selang beberapa minggu masuk rumah sakit ya aku ingat akhir desember sudah ada gejala istriku sakit bagian perut tapi saya pikir itu sakit perut maag biasa dan biasa dialami orang orang....


Tiga bulan pengobatan dan selama sebulan dirumah sakit Dr. Oen , tapi Allah sepertinya belum memberi jalan kesembuhan dengan cara ini, akhirnya obat herbal aku tinggalkan. Bahkan pengobatan alternatif sudah aku tinggalkan sejak 1 bulan pertama karena aku ragu. Beberapa keluarga istri mulai putus asa. Malah ada yang beranggapan penyakit ini adalah kiriman dari orang. Tapi aku bantah semuanya,sempat ada pertentangan di antara kami. Aku yakinkan istriku bahwa ini adalah memang ujian dari Allah,
“Dik..semuanya atas kehendak Allah, bahkan jauh sebelum kita lahir sudah tertulis takdir ini, usia segini bunda sakit, berobat kesini-sini itu semua sudah ada dalam catatan Allah bun. Yang penting sekarang kita jangan lelah berihtiar dan bunda tetep harus semangat untuk sembuh.” Ia mengangguk perlahan.
Berat badan istriku mulai turun drastis karena tak ada asupan makanan, sebelum sakit beratnya 55 Kg kini tinggal 35 Kg. Kondisinya makin parah dan puncaknya dia mengerakkan tubuhnya saja perlu bantuan orang lain walaupun itu cuma miring ke kiri atau kanan. dan istriku mulai mengigau tanpa sadar apa yang dia ucapkan , kubacakan terus surat alqurán dan mengajak dia istighfar.....................
...........................................
Tanggal 1 juli 2012 malam...
Akhirnya aku kembali membawanya ke Rumah Sakit. Kali ini aku membawanya ke RS. sucipto negeri jogja yang sebelumnya dirawat di RS Dr. Oen Sukoharjo.  Istriku ditangani oleh team yang terdiri Dokter penyakit dalam,dll,
Sore itu Dokter memanggilku ke ruangannya. Dokter menjelaskan stadium penyakit istri saya parah istriku sdari maag  usus buntu dan kista sekarang menjalar ke gagal ginjal karena cairan infus sudah tidak bisa masuk ke dalm tubuhnya, dokter menyarankan untuk operasi bypass akupun mengiyakan  mana yang terbaik. . Aku ingin menjerit, “Ya Allah… begitu berat cobaan ini Kau timpakan pada kami”
“Ma’afkan ayah bun, ayah tak mampu menjaga bunda…!”
Yang lebih mengagetkan ketika dokter mengatakan, “kita hanya bisa menunggu keajaiban dari yang maha kuasa .” Seolah hitungan mundur kematian itu dimulai. Aku limbung dan hampir taksadarkan diri, sekuat tenaga aku mencoba untuk tetap tegar. Dengan bapak  aku keluar dari ruang dokter.
Segera aku menuju Mushola kuambil air wudhu dan kujalankan sholat Asar berjamaah. 
kembali kecerita waktu di rumah sakit Oen Solo.
“Aku ingin ketenangan aku butuh pertolonganMu ya Robb. Kutumpahkan segala permohonan ini dihadapanMu yaa Allah. Bisa saja dokter memfonis dengan analisanya, tapi Engkaulah yang maha kuasa atas segala sesuatunya. Engkau maha menggenggam semua takdir, sakit ini dariMu ya Allah dan padaMU juga aku mohon obat dan kesembuhannya.”
Segala ikhtiar dan do’a tiada lelah kulakukan tuk kesembuhan istriku. Malam-malamku kulalui dengan sujud panjang disamping bangsal rumah sakit. Kubenamkan wajahku diatas sajadah lebih dalam lagi, tiba-tiba aku merasa tak mimiliki kekuatan apapun, aku berada dalam kepasrahan dan penghambaan yang lemah.
“Robb…Engkau maha mengetahui, betapa segala ihtiar telah kami lakukan. Tiada menyerah kami melawan penyakit ini, kini aku serahkan segalanya padaMu, tidak ada kekuatan yang sanggup mengalahkan kekuatannMu yaa…Robb, Tunjukkan pertolonganMu, beri kesembuhan pada istriku Ya..Allah.”
Saat itu istriku masih bisa bicara meski dengan suara kurang jelas. , ia sangat kesulitan dalam bernafas. . Akupun menyetujuinya meskipun aku tak tega, tapi ini resiko terkecil yang bisa diambil.
Istriku pasrah, dia minta aku menemaninya ke ruang operasi. Aku sangat mengerti ia sangat takut dengan peralatan medis di ruang operasi. Kemudian aku mendampinginya kedalam ruang operasi untuk . Aku melihat dengan jelas mulut istriku dimasukin selang untuk membantu pembuangan kotoran karena anus sudah tidak bisa bab . “Sebenarnya aku tak tega melihatmu seperti ini bunda, tapi inilah yang terbaik untukmu saat ini.”

“Ya Allah beri kekuatan pada istriku…!” Beri kesembuhan melalui ihtiar obat ini ya Allah..!”
Sepanjang proses pengobatan tak hentinya kupanjatkan do’a dan dzikir dibantu dengan beberapa anggota keluarga.
 bersama dengan adik dan mertua memandikan dan membersihkan mulutnya yang terus menerus mengeluarkan lendir, terdapat lendir bercampur darah hitam pekat dan mengental.Menurut dokter ini adalah tanda kankernya sudah mulai hancur. Malam harinya istriku tidur sangat nyenyak dan tidak banyak batuk berdahak seperti hari-hari sebelumnya.
 Dokter bilang jika kondisi istriku membaik maka tiga hari lagi boleh pulang.
 Namun ternyata dua hari kemudian ia mengalami diare yang hebat ini adalah efek samping dari obat , sehingga kondisinya kembali lemas. Rencana pulangpun harus ditunda menunggu kondisinya membaik. Tetapi makin hari kondisi istriku makin drop.  malah albumin dalam darahnya menurun.
Selama dirawat istriku kami dibantu mertua dan adik istri yang tinggal dekat rumah sakit.
Selama hampir satu bulan di Rumah Sakit kami merasa menemukan keluarga baru. Keakraban terjalin antara kami dengan team dokter, dengan para suster bahkan juga dengan cleaning service yang tiap hari membersihkan kamar istriku. Saya merasa senang ketika suatu hari istriku dapat tertawa riang bercanda dengan para suster meski tawanya tanpa suara.

Sepertinya kini aku harus menyerah dan pasrah “Ya.. Robb jika memang Engkau menentukan jalan lain aku ikhlas ya Allah…., mudahkan jalan istriku untuk menghadapmu dengan khusnul khootimah.”
Menurut suster dalam kondisi seperti ini pasien masih bisa mendengar. Kubimbing istriku menyebut kalimat “LAAILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR ROSULULLAH..” perlahan aku membimbingnya. Rasanya aku mengerti betul setiap helaan nafasnya, raga kami bagai menyatu. Kuulang hingga berkali-kali dengan helaan nafas yang terirama pelan. Dua bulir bening tersembul dari sudut matanya. Aku merasakan ia sanggup mengikuti kalimat ini, terimakasih ya Allah..!

Senin 2 Juli 2012
Aku habis sholat asar dimushola duduk bersama keluarga di beranda RS Sarjito, seorang suster memanggil “Keluarga Maryanto..pasien Ika Sabtuti!” Aku bergegas masuk ke ruang ICU, jam menunjuk Pukul 03:20 habis asar. “Aku lihat istriku tersengal sengal susah bernafas dengan dibantu para dokter membantu kerja nafas dengan menekan rongga dadanya.” dan beberap[a menit kemudian saya di salami seorang dokter maaf pak ibu sudah tidak ada, Meski aku tau maksudnya tapi aku masih tak percaya. Kutengok layar monitor yang terhubung ketubuh istriku. Tak ada lagi yang bergerak disana.
Bagai tersambar petir, kudekap tubuh lemas istriku. Bibirnya menoreh segaris senyum. “INNA LILLAAHI WAINNA ILAIHI ROOJIUUN.” Aku lunglai terduduk disampingnya tapi tak ada lagi air mata yang keluar. “Bun, Ayah ikhlas melepas bunda, Allah telah memilihkan jalan terbaik buat kita.”
Selamat Jalan Istriku…… jemput aku dan anak-anak nanti di pintu SurgaNya.
27 tahun engkau selesaikan tugasmu di Dunia..Semoga tempat tinggalmu yg Baru lebih bahagia

Anak Sholeh,Sodaqoh jariyah dan ilmu manfaat
 
Semoga bermanfaat bagi yang membacanya ....
Salam Terkasih ..

Advertisement