-->

Jamane Tukang Maido

Jamane Tukang Maido
Jamane Tukang Maido
Kadang kadang aku males online neng sosial media. la setiap buka pasti diberanda kita dipenuhi dengan orang orang yang sibuk mencaci maki dan mencela di akun sosial media.
dipastikan jika ada informasising ora podo karo pendapate opo keyakinane maka orang orang seperti ini akan berduyun duyun  untuk saling mencaci maki dan mencela di sosial media dan bahkan disebarluaskan ke fasilitas berbagi di sosmed  dengan niat supaya ada teman teman yang sependapat ikut mencaci maki informasi tersebut dan seterusnya.

Awal mulanya aku mikir bahwa mereka yang sibuk setiap hari saling sibuk mencaci maki dan mencela di sosial media adalah para pengangguran yang tak punya kerjaan. Atau saya pikir tadinya mereka itu hanya anak-anak alay.

Bahkan kadang saya juga berfikir mungkin saja mereka hanya sekelompok orang tak berpendidikan. Atau juga kadang bahkan saya berfikir mereka orang yang tak beragama? karena bukankah mencela dan saling menghina antar sesama dalam semua agama itu dilarang?

Namun ternyata dugaan saya salah.

Mereka yang tadinya saya anggap bukan orang-orang berpendidikan, ternyata begitu saya lihat diantara mereka ada yang sudah bergelar sarjana, bahkan ada juga yang bergelar S2.

Saya juga salah, jika sebelumnya saya fikir mereka yang sibuk saling asyik mencela dan mencaci maki lewat sosial media adalah pengangguran, ternyata tidak sedikit justru mereka orang yang memiliki pekerjaan mapan yang menurut saya tidak mungkin mereka sempat melakukan aktivitas untuk saling mencaci-maki dan mencela melalui jejaring sosial media.

Bahkan yang mengejutkan lagi,yang sebelumnya saya berfikir bahwa mereka yang sibuk saling mencaci-maki dan saling mencela di sosial media adalah orang-orang tak beragama, faktanya justru saya berani katakan 100% adalah orang-orang yang beragama bahkan partai yang ber asas agamapun tak lepas dari fenomena ini walau alasannya kritik dan saran,tapi kok dimuka umum?.

Jauh lebih membuat saya tidak habis fikir, ternyata diantara mereka yang sibuk saling mencaci-maki dan saling mencela di sosial media, diantara mereka justru adalah sekelompok orang-orang yang ahli dalam urusan agama.
 Ternyata memang pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang mapan, bahkan penguasaan agama yang tinggi tidak bisa menjamin seseorang bisa terlepas dan menjauhi sikap dan kebiasaan saling mencaci dan saling mencela melalui akun sosial media.

Pendidikan yang tinggi, ilmu agama yang kita pelajari, ternyata jika tidak kita kelola dengan baik, terkadang tidak mampu menjamin bahwa pendidikan dan ilmu agama yang kita miliki mampu mengendalikan diri, ego, dan nafsu kita untuk tidak saling mencci maki dan mencela di sosial media.

Melalui tulisan ini saya hanya ingin mengingatkan diri saya sendiri pribadi  sebab saya juga pernah terbawa arus pencacian maki tersebut karena terprofokasi dengan media tertentu.juga untuk anda yang sedang membaca tulisan ini agar selalu SADAR bahwa mencaci maki dan saling mencela di sosial media tidak ada gunanya. Selain kita sedang mempermalukan diri kita sendiri yang tanpa kita sadari menyakiti orang lain.

Saya disini tidak akan perlu berbicara tentang perbedaan antara mencela dan mencaci maki dengan kritik dan saran. Karena perbuatan saling mencela dan saling mencaci-maki dengan memberikan kritik dan saran adalah sesuatu hal yang teramat sangat BERBEDA.

Semoga saja kita terhindar dari orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk saling mencaci-maki dan mencela melalui akun sosial media.

Alangkah indahnya jika jejaring sosial media digunakan untuk saling menyebarkan kebaikan, motivasi, inspirasi, dan berbagai kebaikan lainya.

rewrite dr mas aribicara
Advertisement