-->

Manfaat dan potensi minyak mete

Manfaat dan potensi minyak mete
Manfaat dan potensi minyak mete
Indonesia merupakan keliru satu negara pengekspor biji mete. Walaupun peranan Indonesia tetap kecil dibandingkan dengan negara-negara pemasok lainnya, tapi kondisinya konsisten meningkat. Meningkatnya ekspor tak hanya adanya pengembangan pasar terhitung bertambahnya permintaan negara importir layaknya Amerika Serikat, Hongkong, Jepang, Belanda, Inggris, Filipina dan Perancis. Tanaman mete (Anacardium Oceidental Linn) menjadi dikembangkan di Indonesia pada th. 70-an didalam rangka program reboisasi. Tanaman ini dipilih karena mudah tumbuh dengan baik pada lahan kritis, tidak mudah di serang penyakit, tidak perlu pemeliharaan yang rumit dan juga hasilnya membawa nilai ekonomis yang memadai tinggi. Dari penelusuran Deptan, pertumbuhan luas areal tanaman dan produksi mete konsisten perlihatkan pertumbuhan terlebih th. 1980 hingga 2003. Dalam road map Deptan, tanaman jambu mete masuk prioritas pengembangan terlebih pada industri hilir. Kebijakan pengembangan industri hilir bertujuan untuk tingkatkan nilai malah agribisnis mete pada petani.

Sentra tanaman mete didalam ukuran besar terkandung di 10 provinsi yakni, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. dengan sentra utama adalah Propinsi Jawa Tengah dan 78 persen jumlah berikut dihasilkan berasal dari kabupaten Wonogiri. 
dan wonogiri terbanyak dr kecamatan jatiroto.
Dari pohon mete dihasilkan buah jambu mete (cashew aple) dan biji mete (cashew nut). Buah jambu mete kebanyakan dikonsumsi segera atau dibikin sari buah dan sirup. Sedangkan biji mete dibikin kacang mete atau minyak kulit mete (Cashew Nut Shell Liquid/ CNSL). Kacang mete mampu jadi makanan mudah (snack food) maupun sebagai penyedap sesudah dicampur dengan coklat atau roti dan kue. Sedangkan buah mete tidak begitu diminati baik sebagai makanan untuk dimakan segera maupun sesudah diolah jadi sirup dan juice. Hal ini disebabkan tetap adanya rasa getir yang sejauh ini belum berhasil dihilangkan.

Minyak mete pada kebanyakan diolah jadi minyak CNSL yang berguna untuk bahan industri cat, bahan anti karat, lecquer, bahan pembungkus kabel, pembuatan kampas rem kendaraan bermotor dan juga sebagai bahan bakar (yang renewable).  Proses pembuatan minyak mete memadai sederhana. Kulit mete yang udah dibersihkan, dipanaskan diatas tungku yang memuat minyak goreng. Sebenarnya, minyak itu hanya berguna untuk memancing keluarnya minyak mete, supaya komposisi minyak goreng yang dipakai hanya sedikit.

Sebagai gambaran, untuk lima hingga sepuluh kilogram limbah mete, dibutuhkan minyak goreng yang berasal berasal dari minyak kelapa sekitar satu liter. Dari hasil olahannya itu, mampu dihasilkan minyak mete tiga hingga lima liter. Harga minyak mentah mete per liter di pasaran mencapai Rp. 4.500. Minyak Mete ini kebanyakan dikirim ke beberapa kota besar layaknya Solo, Surabaya, Semarang dan Jakarta. (Kalingga: 2004)

Namun, hingga pas ini penjualan minyak mete tetap dinilai sangat kurang. Kulit mete tetap kerap dijadikan limbah dan dibuang begitu saja, padahal berasal dari kulit mete berikut mampu dihasilkan minyak mete yang punya nilai jual memadai besar. Hal  ini disebabkan karena para petani mete di Wonogiri tidak memahami pasar yang mampu dituju untuk jadi sasaran penjualan minyak mete. Padahal seumpama produksi minyak mete dikembangkan maka mampu jadi sebuah sektor industri yang baru yang mampu mengangkat kehidupan masyarakat petani mete dan jadi pembuka lapangan kerja baru yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Limbah kulit mete berikut diolah, mampu jadi minyak mete (Cashew Nut Shell Liquid atau CNSL) untuk campuran bensin, cat genteng, hingga untuk keperluan industri minyak rem. Minyak mete terhitung mampu dimanfaatkan sebagai bahan perekat kayu karena terkandung senyawa kardanol sekitar 70%.
Pemanfaatan minyak kulit jambu mete sebagai perekat kayu terhitung lebih memberikan jaminan keamanan karena tidak mengundang penyakit kulit dan infeksi saluran nafas sebagaimana dampak negatif yang mampu ditimbulkan oleh fenol. Penggunaan kulit minyak jambu mete sebagai perekat tripleks dulu diuji coba oleh Biotrop Bogor. Fungsi lainnya adalah mampu dipakai sebagai bahan pestisida nabati, pengawet kayu, dan juga oli rem mobil dan pesawat terbang
Kecamatan Jatiroto, pandangan awal yang kita dapatkan adalah pohon mete begtu dekat dengan masyarakat kecamatan Jatiroto, nyaris disetiap perumahan masyarakat terkandung pohon mete. Perkebunan Mete mendominasi wilayah kecamatan Jatiroto.

Advertisement