-->

Udan Udanan Neng Ndalan

Udan Udanan Neng Ndalan
Udan Udanan Neng Ndalan
Saya dan pacar saya (bojo)  baru sampai di daerah pedurungan  dalam perjalanan dari banyumanik ke rumah impian mertua ketika hujan perlahan mulai turun dari rintik kecil dan kemudian mulai menunjukkan tanda-tanda rusuh menjadi semakin deras.

Saya mulai membatin doa dalam hati, "Ya Alloh, kulo nyuwun terang, jangan hujan, Ya Alloh ojo di udani sik aku"

Tapi apa daya, doa saya rupanya kurang makbul al ngijabah. Hujan tetap turun, dan bahkan semakin deras dan provokatif meraung raung kayak knalpot bolong.

"Ngeyup sik, Mas," kata si pacarku.

Saya manut dan kemudian memutuskan untuk berteduh di masjid di tepi jalan raya. Sekalian sholat dhuhur.

Selesai salat, entah karena efek spiritual sholat dhuhur atau tidak, tapi yang jelas, hujan mendadak mereda.

"Wah, jan sholate manjur tenan," kata saya. "Langsung terang."

Kami lantas melanjutkan perjalanan. Motor saya starter dengan menggajul kaki ke bawah..tret ret sempet ngambek lanjut renggg mangkat, dan kami pun kembali melaju menggilas aspal jalanan semarang timur.

Namun kemudian, tak sampai lima menit setelah kami melaju, hujan yang tadi sempat mereda mendadak menderas kembali.

"Wah, Gusti Alloh ki cen seneng guyon kok ya, yang. Tiwas seneng udane mandeg, saiki kok malah deres meneh." kata saya.

"Ha mangkane nek udane terang ki mas meneng wae, rasah komentar," balasnya sengak seperti kebiasaanya (bojo galak rapopo sing penting ngopine seger)

Saya sadar bahwa mustahil untuk melanjutkan perjalanan dalam kondisi hujan deras, sebab mantol yang kami punya hanya satu dan itupu suwek. Kalau saya yang pakai, nanti saya dikira egois, tapi kalau saya suruh may bojo yang pakai, nanti saya dituduh sok romantis, sok heroik, dan sok berkorban cie ciek..abg tua rasa muda hehe

Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli mantol di salah satu kios jualan mantol yang kami lewati.

Satu mantol pun terbeli. Harganya tak mahal, tapi agak tak layak pula disebut murah. 65 ribu.

Sekarang kami punya dua mantol. Pas. Satu buat saya, satu buat my bojo.

Tanpa banyak ba bi bu, kami segera memakai mantol kami masing-masing. Warnanya serasi, sama-sama pink. Berasa mantol couple.

Kali ini, saya mantap melanjutkan perjalanan, mau hujannya deres atau tidak. Sudah pakai mantol semuanya soalnya.

Tapi jan bajangkrek medenguk tenan. Belum ada tiga menit setelah memakai mantol, hujan mendadak reda.

"Nah, tenan tho. Gusti Alloh ki seneng guyon," kata saya kembali.

"Nek iki pancen iyo, Mas," balas my bojo.

Karena sudah kadung pakai mantol, kami memaksa untuk tetap lanjut perjalanan tanpa mencopot mantol yang sudah kami pakai. Rasanya kagol kalau kami harus mencopotnya.

Sepanjang perjalanan, saya membatin doa terus-menerus, "Ya Alloh, udano sing deres, udano sing deres, nyambelo sing pedes," tapi apa daya ternyata Gusti Alloh mengudani aku lan bojoko saat aku dan bojoku masuk kamar rumah impian mertua... Njur yen wis udan ngene iki penake ngopo?..ngopi,ngeteh,

O iyo ye udan deres jare pak ustads wingi sore kon ndongo sak kateke opo wae sebab jarene gampang kaboool lan makbull.
waktu mustajad berdoa saat turun hujan

Advertisement