-->

Ungker jambu Mete

Ungker jambu Mete
Ungker jambu Mete
manfaat ungker jambu mete


Banyak sekali jenis jenis ungker (ulat yg sdah jadi kepompong) yang layk dan enak di konsumsi dan berprotein tinggi, Tapi sebagian orang ada yang alergi gatal. Apa aja yg layak di konsumsi dan saya sendiri sudah membuktikan itu sangat enak, ungker juwar (daun pohon juar) warnanya hijau, ungker jati (daun pohon jati) warna coklat tapi ukurannya kecil, dan ungker Jambu mete (daun jambu mete) yang akan kita bahas sekarang ini adalah ungker jambu mete. Ungker jambu mete ini kalau lagi musim banyak sekali di kampung saya ungker jambu mete.

KITA kebanyakan lebih mengenal Bombyx mori sebagai penghasil benang sutra alam. Ini merupakan ulat sutra impor yang yang dibudidayakan di Indonesia. Tetapi sekarang, berasal dari kekayaan sumber hayati kita, tersedia tipe ulat sutra alam, yaitu Cricula trinfenestrata. 

Spisies ini kerap dikategorikan sebagai ulat sutra liar atau wild silk. Kokonnya sanggup dimanfaatkan untuk pembuatan benang sutra bersama warna keemasan. Itulah sebabnya, Cricula disebut pula ulat sutra emas. Selain itu, kokonnya merupakan bahan baku untuk pembuatan aneka aksesoris yang indah dan eksotis.  

Ulat sutra emas ini ringan ditemukan di Jatiroto dan Jatisrono, Wonogiri yang banyak punya tanaman jambu mete. Namun nilai ekonomi Cricula yang disebut juga ulat kipat, ulat kanari, atau ulat daun jambu, bagi penduduk setempat baru hanyalah menyita kepompong  untuk dikonsumsi. Memang rasanya sedap dan punya kandungan protein tinggi, yaitu 58,34%, serta punya kandungan lemak kurang lebih 0,7% terhadap berat kering. Kepompong disangrai atau digoreng, lalu dimakan sebagai lauk. Ada pula yang melubangi salah satu ujung kepompong untuk menyita cairan layaknya kuning telur untuk diolah layaknya membuat telur dadar. Tetapi kulit kokon yang merupakan serat sutra, yang bernilai ekonomi tinggi, dibuang karena mereka belum menyadari manfaatnya.  

Hama atau Sumber Daya?

Ulat Cricula merupakan hama utama terhadap tanaman jambu mete. Munaan (1986), mengatakan bila jambu mete kehilangan daun hingga 50 persen akibat serangan Cricula, kuantitas putik jambu mete mengalami penurunan 37 %, namun bila kehilangan daun hingga 100% atau gundul, tanaman tidak akan menghasilkan putik dan kondisinya baru akan pulih 18 bulan kemudian. 

Tak heran bila ulat berikut menjadi hama utama di perkebunan jambu mete. Pada tanaman jambu mete, ulat kebanyakan nampak terhadap awal musim hujan. Ketika populasi ulat amat tinggi, mereka sanggup memakan habis seluruh daun tanaman. Pohon menjadi gundul dan tersisa hanya ranting serta tulang-tulang daun, namun tanaman tidak mati. 

Kokon itulah yang diambil untuk diproses lebih lanjut sebagai bahan baku pemintalan benang sutra emas. Kokon punya struktur yang terdiri atas serabut serat, kulit kokon yang menghasilkan benang sutra, dan kulit kepompong. Bagian yang diambil dan diolah lebih lanjut dalam pemintalan benang adalah kulit kokon.

Dengan demikian, Cricula terhadap fase kepompong yang membentuk kokon menjadi sumber energi yang sanggup dimanfaatkan lebih lanjut untuk pembuatan benang sutra emas atau perhiasan/aksesori bersama bahan baku utama berasal dari kokon tersebut.

Benang Sutra Emas

Kokon yang dipanen berasal dari alam, sebaiknya yang telah nampak ngengatnya, supaya terjaga kelestariannya.  Jika ujung kokon terbuka, artinya ngengat telah keluar. Jika ujung kokon rapat, artinya ngengat tetap dalam kepompong. Kokon yang dipanen dibersihkan berasal dari ranting, tulang daun, atau daun tersebut, supaya kualitas benang sutra yang dihasilkan bagus. 

Pekerjaan seterusnya adalah melenyapkan cangkang kepompong yang berada di dalam kokon bersama pakai gunting atau cutter. Jangan menyobek bersama jari tangan karena akan lebih banyak merusak serat sutra. 

Kokon yang telah bersih, dihimpun dan diurai lebih-lebih dahulu bersama cara direbus. Perebusan ini akan melarutkan serisin yang merupakan penyusun lapisan luar serat sutra. Serisin inilah yang berguna sebagai perekat, supaya serat-serat sutra sanggup melekat satu mirip lain. 

Kokon direbus dalam larutan air sabun. Sabun yang digunakan adalah sabun batangan. Satu sabun batangan dilarutkan dalam 6 liter air, kemudian dipanaskan. Setelah mendidih, kokon baru dimasukkan dan direbus tidak cukup lebih selama 1 jam. Setelah itu, kokon diangkat, ditiriskan, dan dicuci bersama air. Pada waktu dicuci, serat kokon ditarik-tarik supaya membentuk gumpalan layaknya kapas atau bulu domba. Gumpalan serat sutra ini kemudian dijemur hingga kering. Gumpalan serat sutra yang telah kering siap dipintal menjadi benang.

Pemintalan serat sutra emas Cricula dijalankan bersama menyejajarkan serat-serat sutra menjadi satu ukuran tertentu kemudian dipilin supaya serat-seratnya tidak terlepas. Cara demikian dijalankan karena serat sutra emas Cricula tersusun berasal dari serat-serat pendek. 

Pemintalan serat sutra emas menjadi benang dijalankan bersama pakai alat pemintal yang disebut jantra. Pada alat ini dipasang sebuah dinamo yang memutar streng, supaya sumbu pemintal turut berputar. Ujung serat berasal dari gumpalan serat sutra emas dipilin dan diikat terhadap alat pintal. Kemudian, tangan kiri menarik perlahan-lahan pilinan berikut hindari alat pemintal untuk mendapatkan ukuran benang yang dikehendaki. Dengan menarik serat-serat tersebut, akan didapatkan satu untaian pilinan benang yang bersambungan menjadi gulungan benang yang panjang. Inilah benang pintal sutra emas yang tersusun berasal dari serat-serat sutra emas yang pendek. Dalam sistem pemintalan tersebut, 6 kg kokon sutra emas sanggup menghasilkan 1 kg benang. Katanya Nilai ekonomi benang sutera emas amat tinggi sanggup raih Rp 1 juta/kg 
Advertisement